Para wali menjadi marah karena barang-barang yang dibawanya tenggelam begitu saja. Mereka menyumpahkan para perempuan yang mengganggu mereka dan berkata "siapa wanita yang ada di daerah ini , tidak akan memperoleh suami sebelum mengeluarkan uban atau sudah lanjut usia". Mereka juga banyak menemukan orang laki-laki dan perempuan sedang cangkriman atau berpacaran dan tidak peduli ketika para wali sedang melewati jalur itu. Maka dari itu lautan yang dilewatinya setiap hari karena kemarahannya disabda menjadi sebuah daratan yang disebut cangkring yang sekarang ini masih asri keindahannya.
Ada beberapa batu besar di desa cangkring bagian selatan yang diyakini masyarakat merupakan peninggalan para wali saat perahunya tenggelam dan masyarakat juga percaya perahu tersebut masih ada didalam tanah sampai saat ini.